Kesan mempelajari peradaban islam yaitu dengan mempelajarinya dapat menambah wawasan pengetahuan tentang setiap kisah sejarah dan perkembangan yang ada dari zaman Rasulullah hingga saat ini. Manfaat mempelajari peradaban islam dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman. dapat menjadikannya sebagai sumber motivasi atas kesuksesan umat terdahulu, dan apat menjadikanya sebagai bahan pelajaran yang berharga, bahan renungan yang tak ternilai harganya.
Peradaban
Islam yaitu lebih diartikan sebagai peradaban kaum muslimin, tetapi jika
atribut Islam terdapat pencapaian ini dititik bulatkan kepada Islam sebagai
agama yang dominan pada masa itu. Peradaban islam ialah tauhid yang memberikan
identitas yang mengikat semua bagian- bagian, sehingga menjadikan mereka suatu
badan yang integral. Peradaban Islam merupakan tabiat tingkah lajku yang
dibangun atas nilai-nilai Islam dan dibawa oleh kewahyuan Islam sendiri yang
mana kemudian di kembangkan oleh masyarakat. Peradaban Islam adalah kemajuan
yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan tabiat yang diorentasikan pada
Al-Qur’an dan hadist. Peradaban islam yaitu peradaban yang bersumber dan dibawa
oleh kewahyuan Islam itu sendiri, dalam mengembangkan dan membedakan masyarakat
mengembangkan dan membedakan masyarakat manusia dimana yang sebelumnya tidak
pernah ada. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban
Islam adalah segala tingkah laku tabiat seseorang yang dibangun atas
nilai-nilai Islami yang bersumber dan dibawa oleh wahyu Islam itu sendiri yang
kemudian dikembangkan oleh masyarakat untuk kemajuan yang menyangkut sikap
sopan, budi bahasa, dan tabiat yang bersumber dari ajaran Islam yakni Al-Qur;an
dan As-sunnah.
Sejarah
peradaban Islam merupakan kemajuan suatu periode kekuasaan Islam mulai dari
periode Nabi Muhammad Saw, sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang. Sejarah
peradaban Islam merupakan hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam
lapangan kesusastraan, ilmu pengetahuan dan kesenian. Sejarah peradaban Islam
merupakan kemajuan politik kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan
hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa,
dan kebiasaan hidup bermasyarakat. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
sejarah peradaban Islam adalah kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang
dihasilkan atau hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam yang berperan
melindungi pandangan hidup Islam dalam hubungan dengan ibadah-ibadah dalam
suatu periode kekuasaan Islam dimulai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.
B. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Arab pada Masa Pra-Islam dan Masa Kenabian
Masa
sebelum muncul agama islam disebut masa Pra-Islam. Sikap dan sifat masyarakat Arab pra-Islam dikenal
jauh dari berperadaban bahkan jauh dari kata
manusiawi. Berbicara mengenai kehidupan
bangsa Arab tentu tidak terlepas
dari sejarah peradaban
Islam. Kondisi kehidupan
bangsa Arab sebelum dan awal kelahiran Islam memiliki perbedaan yang signifikan. Sejarah pra-Islam dan pasca datangnya
islam di tengah peradaban bangsa Arab tentunya merupakan suatu kondisi yang
sangat bipolar. Di satu sisi, peradaban Arab pra-Islam banyak terjadi perilaku
buruk seperti permusuhan, perselisihan, ketidakadilan, penindasan bahkan pembunuhan yang merupakan suatu tradisi dekonstruktif
dalam tatanan bangsa Arab. Oleh
karena itu hingga dijuluki zaman jahiliyyah atau zaman kebodohan karena banyak
orang yang buta huruf, bodoh, dan
tidak mengenal aksara. Tentunya, hal ini sangat berbeda ketika Muhammad
saw. diutus oleh Allah di tengah-tengah bangsa
Arab, terjadi perubahan
tatanan yang sangat signifikan mulai dari konteks
keilmuan, sosial, ekonomi, dan aspek-aspek lainnya.
Banyak
terjadi perubahan setelah Islam masuk di tengah-tengah bangsa Arab. Oleh karena itu, menarik untuk dibahas
mengenai peradaban masyarakat Arab, baik sebelum ataupun setelah lahirnya
Islam. Namun, tidak semua bidang akan dibahas dalam tulisan ini. Hal yang akan
dibahas hanyalah mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pra-Islam dan
masa kenabian. Pada jazirah Arab sendiri
pada masa jahiliyiah masih terkekang dalam kebodohan meskipun beberapa orang
masih bisa membaca dan menulis, dan masyarakat jahiliyah kebanyakan masih
bergantung pada hal-hal mistis. Sedangkan setelah datangnya masa kenabian,
masyarakat Arab mulai terbuka
fikirannya mengenai betapa pentingnya baca tulis dan pada masa kenabian sendiri ilmu syariat lebih
berkembang. Ilmu pengetahuan
Arab pra-Islam yang berkembang antara lain ilmu meteorologi dan geofisika, ilmu
pengobatan, dan ilmu astronomi. Pada masa kenabian memang tidak dijelaskan
secara gamblang mengenai ilmu yang berkembang. Namun, apabila dianalisis lebih
mendalam, terdapat ilmu-ilmu yang berkembang, antara lain ilmu baca tulis, ilmu
tauhid, ilmu sosial, ilmu kenegaraan dan pemerintahan, dan ilmu jual beli.
C.
Perkembangan
Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pemerintahan
Khulafaur Rosyidin merupakan masa perjuangan yang melanjutkan ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhamad Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Pada masa Nabi Muhammad,
substansi pendidikan berfokus pada ketahuhidan, akhlak, dan peletakkan pondasi
negara yang dilakukan dengan pendekatan keteladanan, pemahaman, dan hafalan.
Rumusan fundamental sistem pendidikan tersebut terus dipertahankan dan
dikembangkan selama periodisasi Khulafaur Rasyidin. Model pendidikan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar as-siddiq masih sama
dengan model pendidikan masa Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa
sallam. Kota pendidikan Islam
berpusat di Madinah dengan materi yang dikembangkan adalah materi aqidah
(tauhid) sebagai mata pelajaran utama yang bertujuan untuk memperkuat pondasi
pemahaman ajaran Islam, materi akhlak (adab), ibadah (sholat, puasa, haji) dan
materi kesehatan. Tulisan hafalan Al-Qur’an para sahabat yang masih berserakan
mulai dikumpulkan dan ditulis ulang di atas pelepah kurma dan kulit binatang,
yang kemudian disimpan dan disusun menjadi lembaran-lembaran (mushaf)
Al-Qur’an.
Perkembangan pendidikan pada masa
Khalifah Umar bin Khattab mengalami kemajuan pesat. Para panglima perang yang
ahli ilmu diinstruksi untuk menetap di daerah taklukan dan mendirikan masjid
berfungsi ganda, yaitu sebagai tempat ibadah dan sebagai tempat pendidikan.
Khalifah mempertahankan wilayah kekuasaan Islam dengan menempatkan
utusan-utusannya di berbagai daerah. Dorongan masyarakat untuk belajar pun
semakin banyak, selain karena peradaban Islam yang mendunia tetapi juga
dimotivasi oleh Khalifah Umar dengan iming-iming hadiah emas seberat karya
prestasinya. Pendidikan pada masa Khalifah Umar mulai tertata dengan adanya
sistem penggajian guru dan muadzin dari kekayaan Baitul Mal. Kebijakan Umar bin
Khattab yang melarang sahabat senior keluar Madinah menjadikan Madinah sebagai
pusat pendidikan yang harus dikunjungi para pembelajar baik dari umat Islam
maupun kaum Mawali yang dikirim oleh sahabat.
Enam tahun awal pemerintahan
Khalifah utsman bin Affan masih merasakan perkembangan sistem pendidikan
Khalifah Umar bin Khattab. Baik materi pembelajaran maupun lembaga
pendidikannya pun masih sama. Namun terjadi beberapa perubahan fundamental dari
segi kebijakan dan metode, di mana pemerintah Khalifah Utsman tidak lagi mengangkat
para guru untuk digaji, juga para senior diberi kebebasan untuk keluar Madinah
dan menempati daerah sesuai yang mereka inginkan. Tentunya perubahan tersebut
berdampak pada kemudahan umat Islam maupun orang Mawali dalam memperoleh ilmu.
Hal tersebut menjadikan Madinah bukan lagi satu-satunya pusat pendidikan yang
ada. Selain itu, pada masa Khalifah Utsman juga melanjutkan kebijakan Khalifah
Abu Bakar as-siddiq yang membukukan, menyalin, dan menyusun mushaf Al-Qur’an
yang disebut Mushaf Utsmani atau Mushaf Al-Imam sebagai standar pembacaan
Al-Qur’an dengan dialek Quraisy.
Selanjutnya pola pendidikan pada
masa Khalifah Ali bin Abi Thalib tidak memiliki perubahan atau perkembangan
apapun. Baik materi, lembaga, maupun sistem pendidikan yang diterapkan masih
meminjam prototype pendidikan yang digunakan di masa sebelumnya. Hal tersebut
dilatari berbagai konflik politik Islam internal yang berimbas pada
tersendatnya perkembangan di bidang pendidikan.
D. Sejarah
Kemajuan Peradaban Dan Degradasi Islam Di Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
Sejarah panjang perjalanan
dari peradaban Bani Ummayyah
dalam membangun pemerintahan, kebudayaan dan gerakan dakwah Islam, tentu banyak
hal yang bisa menjadi catatan akhir tulisan ini. Keberadaan khalifah ternyata
tidak semua bisa dijadikan tauladan dalam pemerintahan, pengembangan kebudayaan
dan gerakan dakwah. Awal mula dari berdirinya Bani umayyah ini dimulai dari masa kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan namun baru
kemudian berhasil dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan kedaulatan oleh
seluruh rakyat setelah khalifah Ali terbunuh dan Hasan bin Ali yang diangkat
oleh kaum muslimin di Irak menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah
melakukan perundingan dan perjanjian.
Bersatunya umat muslim dalam
satu kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jama’ah (‘Am al-Jama’ah)
tahun 41 H (661 M). Sistem pemerintahan Bani Umayyah diadopsi dari kerangka
pemerintahan Persia dan Bizantium, dimana ia menghapus sistem tradisional yang
cenderung pada kesukuan. Pemilihan khalifah dilakukan dengan sistem turun temurun
atau kerajaan, hal ini dimulai oleh Umayyah ketika menunjuk anaknya Yazid untuk
meneruskan pemerintahan yang dipimpinnya pada tahun 679 M.
Ketika istana berada di tangan
khalifah yang dinamis, konsisten, jujur, dan berkomitmen memajukan kebudayaan,
pemerintahan, dan dakwah, kondisi istana berkembang dengan baik dan mampu
mencapai puncak kejayaannya. Dengan diperkuatnya sendi-sendi administratif,
militer, dan pembuatan mata uang sendiri semakin memantapkan kokohnya
kekuasaan, namun sayangnya peradaban
ini harus runtuh dan jatuh ke kekuasaan bani Abbasiyyah dikarenakan beberapa
faktor. Walaupun demikian, selama hampir satu abad lamanya kepemimpinan masa
Bani Umayyah ini banyak sekali menorehkan prestasi dalam memajukan dan
memakmurkan peradaban islam di kancah dunia dari belahan dunia timur sampai
barat.
E.
Peradaban
Islam Di Andalusia Pada Masa Kekhalifahan Bani Ummayah
Pada awal penaklukan Andalusia
stabilitas politik pada saat itu belum bisa dibilang sempurna karena masih ada
gangguan-gangguan dari dalam maupun dari luar. Lambat laun mulai memperoleh
kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang seperti sains, fiqih, arsitektur, dll.
meskipun demikian, belum bisa disebut bahwa pada periode ini benar-benar bebas
dari ancaman. Memasuki periode ketiga, bisa dikatakan pada periode ini
merupakan puncak kemajuan peradaban kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia.
Pada periode ini Spanyol dalam
keadaan terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pimpinan
raja-raja golongan (muluk ath-thawaif)
yang berpusat di beberapa kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo. Kemudian pada
periode kelima sebagian besar daerah kekuasaan jatuh ditangan dinasti Murabithun
hingga pusat pemerintahan dipindahkan ke Granada pada periode keenam. Berawal
dari sinilah terjadi pemberontakan dari dalam sehingga kekuasaan Bani Umayyah
di Andalusia berakhir.
Adapun berbagai faktor yang
mempengaruhi jatuhnya kekuasaan Bani Umayyah di Andalusia antara lain sistem
pengangkatan khalifah yang kurang jelas, terpecahnya andalusia menjadi
kerajaan-kerajaan kecil, fanatisme kesukuan, kesulitan ekonomi, wilayah
andalusia yang terpencil dan jauh dari negara Islam lainnya, dan juga konflik
antara Islam dan Kristen.
F. Pertumbuhan Peradaban Islam Masa Bani Abbasiyah
Berdirinya dinasti Bani Abbasiyah,
berawal sejak merapuhnya sistem internal dan performance penguasa Bani Umayyah
yang berujung pada keruntuhan dinasti Umayah di Damaskus, maka upaya untuk
menggantikannya dalam memimpin umat Islam adalah dari kalangan bani Abbasiyah.
Propaganda revolusi Abbasiyah ini banyak mendapat simpati masyarakat terutama
dari kalangan Syi’ah, karena bernuansa keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali
keadilan seperti yang dipraktikkan oleh khulafaurrasyidin. Nama dinasti
Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi yang bernama al-Abbas ibn
Abd al-Muttalib ibn Hisyam. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibnu
Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al- Abbas.
Orang Abbasiyah merasa lebih berhak
dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang
bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut
mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui tragedi perang
Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan
gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi berdirinya khalifah bani Abbasiyah adalah
adanya beberapa kelompok umat yang sudah tidak mendukung lagi terhadap
kekuasaan imperium bani Umayyah yang notabenenya korupsi, sekuler dan memihak
sebagian kelompok diantaranya adalah kelompok Syiah dan Khawarij serta kaum
Mawali (orang-orang yang baru masuk islam yang mayoritas dari Persia).